Kamis, 18 Mei 2017

Cerita Pasukan Garuda yang Disambut Hangat Warga di Lebanon

Cerita Pasukan Garuda yang Disambut Hangat Warga di Lebanon

 Prajurit TNI yang bertugas menjaga perdamaian di Lebanon tidak melulu berurusan dengan konflik. Di sela tugas, mereka berbaur akrab dengan masyarakat. 

Bergabung ke dalam Pasukan Garuda memang tidak mudah. Berbagai seleksi harus dilewati. Prajurit unggul dan berprestasi yang mendapatkan kesempatan berangkat. Salah satunya Kapten Inf Luki Pardianto. Mantan Perwira Seksi (Pasi) Intel Batalyon 112 Raider Kodam Iskandar Muda ini baru saja pulang dari penugasan selama setahun di Lebanon.

Selama penugasan, prajurit TNI bergabung dengan tentara dari negara lain untuk menjaga perbatasan di Lebanon. Tujuannya agar tidak terjadi konflik, apalagi kontak tembak. 

Meski punya risiko besar dalam bertugas, bergabung sebagai pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menjadi sebuah kebanggaan. 

"Kesempatan ini (menjadi Pasukan Garuda) kan susah didapat. Hanya orang tertentu yang punya prestasi di satuan masing-masing baru bisa berangkat untuk diajukan ikut seleksi. Itu belum tentu lulus," kata Luki saat berbincang dengan detikcom, Kamis (5/1/2017).

Luki berangkat ke Lebanon bersama kontingen Garuda TNI Unifil 2015-2016. Selama di sana, ia bertugas menjaga kantor pusat United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Jika ada warga sipil ataupun militer yang hendak ke sana, mereka harus mendapat izin darinya. 

Pasukan TNI di Lebanon punya tugas masing-masing. Ada yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Indobatt, yang bertugas menjaga perbatasan, serta tim medis hingga staff officer (SO). Di sela-sela tugas, prajurit berbaur dengan warga sekitar ataupun berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia.

Tak hanya bertugas di bidang kemiliteran, di sana Pasukan Garuda banyak menggelar kegiatan yang berhubungan langsung dengan anak-anak dan penduduk setempat. Mereka pernah ikut memeriahkan acara festival anak di negeri itu. Tentara Indonesia berbagi gembira dengan anak-anak di daerah konflik tersebut. 

Menurut Luki, tentara Indonesia mendapat perlakuan istimewa dari masyarakat setempat. Penduduk Lebanon menyambut hangat kehadiran Pasukan Garuda. Jika berpapasan atau bertemu, warga di sana menyapa prajurit TNI dengan teriakan 'Garuda'. 

"Setiap ketemu, mereka selalu teriak 'Garuda'. Di mana-mana warga Lebanon pasti teriak 'Garuda, Garuda' saat bertemu kita," jelas Luki.

Pasukan Garuda yang bertugas di sana punya cara tersendiri untuk mengobati rasa rindu kepada keluarga di Indonesia. Setelah selesai bertugas sekitar pukul 04.30 waktu Lebanon atau sekitar pukul 21.00 WIB, salah satu hal yang biasa dilakukan adalah menghubungi keluarga. Mereka berkomunikasi melalui fasilitas internet yang tersedia.

Waktu untuk berkomunikasi cukup singkat. Dalam sehari, mereka paling lama dapat mengobrol dengan orang tercinta selama satu jam. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan berbagai kegiatan. 

"Selama bertugas, kita konsentrasi pada pekerjaan karena kita tugas di luar negeri. Yang pertama, sangat bernilai, di situ banyak kita terima pengalaman di dalamnya. Meski demikian, kita sempatkanlah komunikasi dengan keluarga walaupun satu jam," cerita Luki.

Saat berangkat ke Lebanon, Luki harus rela meninggalkan istrinya yang tengah mengandung. Ia tidak sempat menemani sang istri melahirkan anak kedua mereka. Kala pulang, sang buah hati hampir tidak mengenalinya. 

Meski setahun berada di Lebanon, pasukan Topi Baja Biru, sesuai dengan topi biru muda yang mereka kenakan, juga diberi cuti. Tapi, syaratnya, tidak boleh kembali ke Indonesia. Momen cuti itu kemudian dimanfaatkan prajurit muslim untuk melaksanakan ibadah umrah di Arab Saudi.

"Itu yang tidak mungkin terulang lagi. Kalau kita berada di Indonesia, kesempatan ada, tapi waktunya belum tentu bertepatan. Hampir semua di sana yang beragama muslim melaksanakan umrah," jelas Luki.

Menurut Luki, kondisi Lebanon saat ini belum dapat dikatakan aman. Indonesia sudah mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke sana sejak 2006. 

Tiap tahun, pasukan yang diberangkatkan terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Tahun ini, misalnya, ada 1.200 lebih prajurit yang bertugas di sana. 

"Kondisi di sana itu rawan tapi terkendali berkat ada pasukan PBB," kata Luki.

Setelah pulang dari penugasan, pada Rabu (4/1) kemarin, Luki bersama 10 prajurit Kodam Iskandar Muda (Kodam IM) yang bertugas di Lebanon menemui Panglima Kodam (Pangdam) Mayjen TNI Tatang Sulaiman.

Baca Juga: Ternyata KOPASSUS juga memiliki rasa TAKUT..!!! Padahal di medan tempur sekalipun mereka tidak takut. Inilah yang di takutkan KOPASSUS.

Pertemuan antara "orang tua dan anak" ini digelar di ruang kerja Pangdam. Dalam pertemuan itu, Pangdam memberi sejumlah pesan kepada personel Kontingen Garuda. 

"Pak Panglima berpesan agar kita dapat memberi motivasi kepada prajurit lain agar mereka meraih prestasi biar dapat bergabung dengan Kontingen Garuda pada tahun berikutnya," jelas Luki.

Setelah pulang ke Indonesia, apakah masih rindu kepada Lebanon? Kapten Luki punya cara tersendiri untuk mengenang momen-momen saat ia berada di Lebanon. Anaknya nomor dua ia namai dengan salah satu nama daerah di sana.

"Momen paling berkesan karena pengalaman bertugas di daerah Naqoura. Anak saya nomor dua saya namai Naqoura, yaitu Naqoura Zaskia Putri Pardianto. Jadi kenangan di Lebanon selalu menempel erat di kehidupan saya," katanya. 
(fdn/fdn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar