Latihan keras yang dijalani calon anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) membuat mereka bergerak dengan luwes di medan pertempuran. Bahkan, gerakan yang tak terduga ini sempat membuat kagum seorang tawanan politik Fretilin dari dalam penjara.
Baca Juga: "Darah mengalir deras hingga Mengering.!! Inilah Kisah Hidup Mati Tatang Koswara. Salah Satu Sniper Terbaik Dunia dari Indonesia!
Cerita ini bermula dari penyerbuan Dili, Timor Timur pada 7 Desember 1975 dengan sandi Operasi Seroja. Kopassus yang waktu itu masih bernama Pasukan Komando Sandi Yudha (Kopassandha) bersama Lintas Udara ambil bagian dalam pertempuran tersebut.
Kisah ini ditulis oleh wartawan senior MS Kamah dalam bukunya 'Wartawan Perang: Dari Irian Barat Hingga Timor Timur' terbitan Antara Pustaka Utama cetakan 2009. Tiga dari ratusan anggota Kopassandha/Lintas Udara mendarat di atas penjara Dili usai terjun payung.
Tiga orang tersebut terdiri dari sersan, kopral dan seorang lainnya yang mendarat sekitar 100 meter dari penjara. Masih ada dua orang lainnya yang mendarat persis di pinggir penjara. Kelompok ini dipimpin Kapten Max.
Ketika masih berada di udara, Max dan pasukannya sudah menghadapi moncong senapan dan desingan peluru dari pasukan Tropas/Fretilin. Namun, kondisi itu tak membuatnya gentar. "Hebat dan cukup mengerikan," ucapnya santai.
Setelah menjejakkan kakinya di atap penjara, Max berusaha turun sembari menghindari tembakan musuh. Dia juga berkali-kali memberikan aba-aba hingga berhasil bergabung bersama anak buahnya dan membentuk kekuatan tempur.
Meski sudah berupaya melakukan pengepungan total, Tropas yang diperkuat satu peleton tak bisa menghentikan pergerakan Kopassandha. Mereka tidak mampu mengimbangi kegesitan pasukan Max yang bergerak seperti kancil.
Hanya dalam satu jam, Kopassandha berhasil menguasai penjara. Sedangkan seluruh pasukan Tropas terpaksa mundur.
Rupanya, pertempuran sengit itu disaksikan sejumlah tawanan politik Fretilin. Dia adalah Arnaldo Dos Reis Araujo, pimpinan Partai Apodeti yang memberikan kesaksiannya kepada MS Kamah.
Saat masih berada di dalam penjara, dia mendengar suara gemuruh pesawat yang disusul suara tembakan gencar. Saat itu, dia langsung sadar, pasukan Indonesia sudah masuk dan akan merebut Dili dari tangan Fretilin.
"Langsung saya katakan kepada teman-teman bahwa pasukan Indonesia sudah datang," ujarnya.
Dia menceritakan, dalam beberapa menit saja, pasukan Kopassandha yang dipimpin Kapten Max sudah menguasai sebagian besar penjara. Yang membuatnya kagum adalah kecepatan mereka saat menyerbu dan melumpuhkan kekuatan Tropas.
Ketika itu, Araujo mendengar pintu penjara didobrak paksa. Saat itu pula, dia melihat prajurit 'asing' berseragam loreng dan senjata lengkap masuk. Tak lama, terdengar suara tembakan dan orang asing itu pun menghilang dalam sekejap.
Baca Juga: Saya Punya "70.000" Senapan. Saya yang Akan Bereskan...!" Jika Ada Yang Mengancam Guru. Laporkan ke saya.
"Mereka bergerak cepat sekali," puji salah seorang anak buah Araujo menggambarkan serbuan kilat itu. [tyo]
Sumber https://www.merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar